Baru-baru ini gue baca buku yang gue pinjem di perpustakaan kampus, awalnya sih gak ada niat ke perpustakaan apalagi buat minjem buku. Semua karna temen gue minta gue buat minjem buku, dikarnakan di perpustakaan tersebut hanya bisa meminjamkan 2 buku per orang, dan temen gue membutuhkan buku yang lebih. Akhirnya gue tertarik dengan satu buku “The Mirror”, itupun pinjaman buku temen gue yang akhirnya gue pinjem dan baca duluan. Dibuku tersebut ada hal menarik buat gue yaitu :
“Jika selama ini Anda hidup di lingkungan anak ayam, maka Anda tak akan pernah bisa terbang”
Ini cerita klasik yang mungkin sering kita dengar tapi cukup menarik.
Seorang pemburu sedang berdiri di depan sarang burung rajawali. Namun, sayangnya ia tak menemui sang rajawali, dan yang ditemuinya hanyalah sebutir telur. Tak ada rotan akar pun jadi, demikian pikir sang pemburu tersebut. ia lalu membawa pulang telur itu. Baginya, telur itu sudah cukup mengurangi kekecewaan hari itu, karna tak bisa mendapatkan seekor rajawali.
Sesampai dirumahnya, pemburu itu meletakkan telur tersebut di kandang ayam. Saat itu, seekor induk ayam sedang mengeram dan telur rajawali itu juga ikut dierami. Demikianlah waktu terus berlalu. Induk ayam terus mengerami semua telur yang ada, termasuk telur rajawali tersebut. Akhirnya , semua telur itu menetas lahirlah anak ayam demikian juga lahir anak rajawali. Tak perlu diceritakan memang, apakah induk ayam kaget dan putus jantungnya sewaktu melihat anak rajawali terselip di antara anak-anak ayamnya.
Begitulah, hari demi hari,anak rajawali itu hidup, bergaul dan bermain bersama anak-anak ayam. Kemana rombongan anak ayam itu pergi, kesana anak rajawali ikut.baginya, ia adalah “anak ayam” dengan fisik yang berbeda. Karna ia mengira dirinya seekor anak ayam, ia pun ikut mematuk, mengais dan menggaruk tanah, mencari dan memakan cacing dan berlari-larian. Pendek cerita, segenap pikiran, mental, perilakunya tak ubahnya seperti anak ayam.
Suatu saat, sang induk ayam member nasihat dan peringatan kepada anak-anknya (termasuk anak rajawali), bahwa diatas sana seekor rajawali sedang berterbangan dan mengicar mereka semua. Induk ayam itu memerintahkan mereka semua untuk bersembunyi. Sedikit kaget dan takut, anak rajawali itu lari mencari tempat persembunyiaan sambil mendongak ke atas langit. Dilihatnya seekor rajawali dengan gagah perkasa terbang menerobos awan. Sedemikian mengagumkannya sang rajawali membelah awan-gemawan nan biru dan putih.
Anak rajawali terperangah menyaksikan pemandangan unik tersebut. Seketika itu juga, benaknya melamun dan membayangkan dirinya terbang seperti rajawali dewasa yang gagah perkasa itu. Ia pun mulai menggerakkan dan mengepakan sayapnya. Dia melakukannya dengan penuh semangat. Menyaksikan perilaku anak rajawali yang ganjil dan tak seperti biasannya , anak-anak ayam nyeletuk “Apa yang sedang akamu lakukan?”
Anak rajawali tercekat, kaget, dan kebingungan. Belum sempat ia menjawab dan menyatakan kebingungan nya , anak ayam lainnya segera menukas cepat, “Ketahuilah, kita semua ini tak lebih dari anak ayam. Sebagai anak ayam, kita tak bisa terbang, sampai kapanpun tak bisa terbang.” Anak rajawali tercekat pucat.
Saat itu juga, semangat dan tekad anak rajawali itu hancur berantakan. Ia mundur teratur, dan akhirnya ikut bersembunyi bersama anak ayam lainnya. Sejak itu pula, anak rajawali itu tak pernah lagi memikirkan dan membayangkan dirinya menjadi rajawali yang gagah perkasa. Sebab, dia memandang dan menganggap dirinya tak lebih dari anak ayam.
Banyak manusia yang secara sadar atau tidak, telah menjadi anak ayam dalam hidupnya, tanpa pernah mengerti bahwa sesungguhnya ia adalah anak rajawali. Ketika ia melihat seseorang sukses atau jadi pemenang sejati dalam hidupnya,ia Cuma menatap dan membayangkan dirinya bisa “terbang tinggi di atas awa” bagaikan rajawali pemenang. Banyak dari kita yang seharusnya menjadi rajawali, namun terkurung hidup di lingkungan yang salah, lingkungan anak ayam. Karna itu semua kapasitas dan potensi rajawali yang mengeram dalam diri kita terpendam dan tak pernah muncul ke permukaan.
0 komentar:
Posting Komentar