Ratu Vienny Fitrilya dari Team KIII. Dia menuliskan sebuah awal cerita dan menantang pembacanya untuk melanjutkan cerita yang dia buat. Disini gue akan menerima tantangan nya dan melanjutkan awalan yang telah dibuat oleh vienny. Untuk awalan cerita bisa di lihat di :
Seperti Dia yang terlihat cantik dengan pakaian kasual nya, Dia yang menyukai Novel, Dia yang suka mendengarkan lagu Warrant. sesuatu hal yang tidak akan pernah kuketahui hanya dengan memandangnya saja di sekolah.
Rasa syukur seketika terlintas di kepalaku karna telah berhasil memberanikan diri untuk menyapanya.
Memang langkah pertama itu selalu menjadi yang tersulit, bahkan hanya untuk sekedar menyapa. Sekarang atau tak akan pernah, begitulah pikirku saat akan menyapanya kemarin.
Karna itu aku mendapatkan sesuatu hal yang tak pernah aku alami. Jika saja aku tidak pernah mengucapkan halo kepadanya saat itu, sampai kapanpun hari ini tidak akan pernah terjadi.
Canda, tawa, dan senyumnya, Hanya itu yang terlihat di mataku saat ini. Mendengarkan setiap canda nya membuatku merasa nyaman. Namun, aku bukan lah orang yang pandai untuk berbasa-basi, tak banyak kata yang bisa keluar dari mulutku.
Pikiranku kembali melayang pada hal yang membawa ku saat ini. Di pagi hari di hamparan pasir putih antara celah - celah matahari seorang gadis berdiri menunggu ombak yang akan menyapu kaki nya.
Pikiranku kembali melayang pada hal yang membawa ku saat ini. Di pagi hari di hamparan pasir putih antara celah - celah matahari seorang gadis berdiri menunggu ombak yang akan menyapu kaki nya.
Disaat hati ragu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada gadis yang mewarnai hari-hari ku. Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diri menyapanya.
“Ha.. halo”
Keluarlah kata yang selalu ingin ku sampaikan kepadanya, kata-kata yang mungkin bisa membuat ku lebih mengenalnya. Kata-kata yang sudah kupendam hampir 3 tahun.
Dia menoleh kebelakang dengan senyuman yang manis sembari menjawab sapaan ku dengan lembut. "Ada apa?"
"Terima kasih untuk 3 tahun ini aku berharap kita masih bisa bertemu walaupun kita sudah tidak di sekolah nantinya"
Ah... apa-apaan aku ini, tiba-tiba bicara seperti itu. aku yakin bahkan dia tidak mengenalku. Lagipula terlalu aneh untuk orang yang tidak dikenal tiba-tiba mengucapkan hal itu.
"Ti... tidak lupakan saja, apa yang barusan ku katakan?. Aku hanya salah bicara, kita bahkan tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin aku berharap kita masih bisa bertemu lagi." Timpal ku sembari berjalan menjauh dari dirinya.
Langit biru yang tertutup awan serta suara ombak dan angin laut menemani langkahku yang terasa berat di pasir pantai.
"Hai... Kau anak yang selalu datang ke kelasku bukan?, Bagaimana kalau besok kita bertemu di Cafe?" Seketika suaranya menghentikan langkahku.
Terdiam, rasa tak percaya menghampiriku saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"Benarkah?, apakah kau sadar yang kau bicarakan. Kau tidak bercanda kan? "
"Kita ketemu jam 1 siang di Cafe besok ya?"
Jika aku punya buntut seperti anjing, aku pasti sudah mengibas-ngibaskannya sekarang. Tapi bagaimanapun aku bukanlah anjing, aku sampai berpikir konyol karna mendengarnya. Meski begitu , aku sangat senang ketika dia mengajakku untuk bertemu besok.
Disinilah aku sekarang, disinilah aku mendengar kan canda tawa dan cerita tentang dirinya yang membuatku lebih mengenalnya.
Namun sesuatu yang tidak dapat ku hentikan, menghentikan segalanya. Ya.… Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa sekarang sudah menunjukan pukul 4 sore.
“Sudah sore, waktunya aku buat kembali sekarang” Kata-kata itu keluar dari bibirnya yang manis.
3 jam yang kami lalui hanya terasa sesaat bagiku. Ada yang ingin aku katakan sebelum dia pergi, suatu pertanyaan yang sudah terasa sesak di dada.
Kami berjalan menuju pintu keluar Cafe untuk menunggu taxi. apakah kamu mau jadi pacar ku?, kalimat itu terus mendesak ingin keluar dari kepalaku.
Ini bukan masalah takut ditolak, tapi apakah sikapnya nanti akan berubah saat aku menyatakannya. Pikiran yang negatif terus memberatkan langkahku untuk menyatakannya.
Taxi pun sudah berhenti di depan kami, dia pun mulai membuka pintu taxi. Seketika tanganku mulai memegang tangannya, Mengisyaratkan agar dia tidak pergi dulu.
“Ada Apa ?” Dia kaget karna seketika aku menggengam tangannya dan bersikap aneh.
Ntah apa yang sudah kulakukan, ini pertama kalinya aku menggenggam tangannya. kepalaku mulai kosong dan seketika wajahku mulai di aliri keringat. “Aku suka sama Kamu, Kamu mau nggak jadi pacarku ?” Kalimat itu spontan keluar dari mulutku.
Apa yang sudah ku lakukan, kenapa bisa jadi seperti ini ?. Seketika kaki ku mulai lemas dan hampir kehilangan keseimbangan. Kata-kata yang sebenarnya tidak ingin ku ucapkan di pertemuan pertama kami, tapi disamping itu hati ini mulai terasa lega.
“Kenapa ?”
“Hah ?” Aku kaget mendengar tanggapannya. “Maksudnya ?” Aku kembali bertanya.
“Kenapa kamu bisa suka sama aku ?” Dia bertanya kembali sembari tersenyum kepadaku. tak ada tampang kaget ataupun merasa tak enak setelah mendengar pertanyaan seperti itu dari mulut ku.
“Kalau kamu tanya kenapa, aku juga tidak tahu pastinya. Tapi saat melihat kamu dadaku terasa sesak dan rasa itu tidak hilang dan berkurang walaupun hampir 3 tahun berlalu. itu menakutkan dan setiap hari rasanya menyakitkan, tapi aku senang ketika aku melihatmu. Saat melihat kamu dengan seseorang, aku benar-benar berharap dia adalah diriku. tanpa disadari aku selalu berpikir begitu. Walaupun waktu melihat mu sangat terbatas namun terasa sangat hangat dan berharga.”
Seketika senyum manis terpancar dari wajahnya dan berkata “Kalau begitu untuk sekarang aku masih belum bisa menerima kamu jadi pacarku”
“Kenapa ?” Perasaan ku mulai hancur mendengar kata-kata yang keluar dari bibirnya itu. “Apakah perasaan itu masih belum cukup?” Menyakitkan jika ini menjadi akhir dari awal pertemuan kami, jantung ku terasa berhenti untuk sejenak.
“Karna untuk sekarang kita masih belum cukup saling mengenal, ini juga adalah pertama kali aku mengenal kamu lebih dekat. Aku tahu kamu selalu memperhatikan aku di sekolah saat jam istirahat. Setiap kali kamu mampir ke kelasku saat jam istirahat aku menyadari kamu memperhatikan ku tanpa henti. Karna kita baru kenal, Kita masih belum tahu sifat masing-masing. Aku takut akan mengecewakan kamu jika sekarang menerima kamu. Aku juga tahu kamu mencintaiku, tapi untuk sekarang lebih baik kita berteman dulu”
“Baiklah, kalau itu mau mu, aku sudah merasa cukup senang walaupun hanya sebagai teman” Perasaan kecewa mulai menggerogoti tubuh ini.
“Tapi tunggu,.. Untuk sekarang ?, apakah ada kemungkinan untuk nanti ?” tiba-tiba aku menyadari kata-kata yang terselip dari penolakannya.
Dia hanya tersenyum dan masuk ke dalam taxi meninggalkan ku dan melambaikan tangan dari dalam taxi sambil tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Hai...., Karna waktu tak pernah berhenti dan waktu lah yang sudah merubah segalanya. tak perduli berapa banyak waktu yang sudah berlalu, kau akan tetap di hati ku, dan aku akan lebih bersabar menunggumu.” Tiba-tiba kata itu spontan muncul dari mulut ku.
Seketika taxi pun mulai berjalan dan mataku hanya tertuju padanya yang perlahan menghilang di hadapan ku, dan berharap untuk pertemuan yang selanjutnya.